[googlef074d64e99d80ece.html]

Rabu, 11 Januari 2012

MELAYANI



Yesus telah menjadikan diri-Nya hamba yang sepenuhnya mendedikasikan seluruh hidup-Nya dalam pelayanan di dunia ini. Ketaatan penuh kepada kehendak Bapa di sorga adalah kekuatan yang memampukan Dia menuntaskan pekerjaan pelayanan-Nya. Hidup-Nya sebagai manusia adalah hidup yang melayani, hidup yang menjadi hamba yang sepenuhnya mengerjakan pelayanan bukan untuk diri-Nya sendiri. Dalam perjalanan pelayanan-Nya, Yesus tidak pernah lepas dari hubungan pribadi dengan Bapa-Nya. Hal ini ditunjukkan dengan kesetiaan-Nya mengambil kesempatan untuk berdoa seorang diri. Yesus datang menjadi manusia dan menjadi hamba sebab Dialah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mengerjakan bagian tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang ditetapkan untuk dilakukan-Nya adalah buah dari kedekatan dengan Bapa sorgawi. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Yesus menunjukkan ketaatan penuh untuk mengorbankan seluruh hidup-Nya, kebersamaan dengan keluarga, sanak saudara ditinggalkan-Nya bahkan Dia menjadi yang terendah diantara manusia yang hina.
Murid-murid Yesus melakukan pelayanan adalah sebagai buah dari perjumpaan mereka dengan Tuhan, buah dari kedekatan mereka dengan Yesus selama di dunia ini. Paulus menjadi pekerja Kristus yang luar biasa diawali dengan perjumpaan dengan Tuhan. Dalam pekerjaan pelayanan pemberitaan injil, Paulus merupakan seorang pendoa yang setia, rasul yang sepenuhnya bersandar kepada kasih karunia Tuhan. Paulus menuliskan bahwa dia dapat melayani Tuhan adalah semata karena kekuatan dari Tuhan, memperlayakkan dia, dan menganggapnya setia bagi Tuhan (1 Timotius 1:12 Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku). Kesadaran inilah yang menjadikan Paulus menjadi seorang yang sangat luar biasa menghasilkan buah yang manis bagi kemuliaan Tuhan. Rasa syukur yang tidak pernah berhenti menjadi bahan bakar yang selalu menyalakan semangatnya. Penyerahan diri penuh kepada Tuhan menjadi tongkat kuat yang selalu menuntun langkahnya melalui rintangan dalam perjalanan pelayanan. Kerendahan hati menjadi suluh menerangi ketika menghadapi banyak kesukaran menghadapi orang-orang yang dilayaninya. Sepenuhnya adalah karya tangan Tuhan dalam keberhasilan pelayanannya.
Pengenalan dan pandangan kita terhadap orang lain akan menentukan bagaimana kita memperlakukan orang tersebut. Siapa Yesus dalam hidup kita ? Sedalam apa kita mengenal Dia ?. Siapa Yesus dalam hidup kita akan mempengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan-Nya, sedalam apa kita mengenal-Nya. Saya pernah mengajukan pertanyaan kepada beberapa teman-teman mahasiswa di kampus, mereka adalah orang-orang yang belum terlibat dalam pelayanan dan ada juga yang sudah ikut dalam pembinaan kelompok kecil. Siapa Yesus dalam hidup anda? Dari sekitar 50 orang yang saya tanyakan secara keseleruhan mereka menjawab bahwa Yesus adalah “Juruselamatku, penolongku, yang mencukupkan kebutuhanku, sahabatku, tempat perindunganku, penghiburku.” Jawaban mereka tepat, Yesus memang menyediakan semua itu bagi yang mau datang kepada-Nya. Namun tak satu pun diantara mereka yang secara tegas mengatakan bahwa “Yesus adalah Tuhan yang harus kulayani.” Dalam kehidupan ke Kristenan juga banyak orang yang suka mengutip ayat-ayat Alkitab berisi pesan yang meneduhkan, menjanjikan berkat dan mujizat, sedangkan isi yang berupa tantangan , tanggungjawab pelayanan, kewajiban sebagai orang Kristen, yang menegur dan menyatakan kesalahan banyak dihindari. Bahkan dalam berdoapun sering kita hanya menyampaikan permohonan-permohonan untuk kebutuhan pribadi kepada Tuhan. Sebuah kekristenan yang egois.